Publik Sepakbola Indonesia merasakan mati suri. Setelah hampir 1 tahun PSSI dibekukan praktis gelaran sepakbola khususnya kompetisi dari berbagai jenjang mulai dari Indonesia Super League (ISL), Divisi Utama serta Liga Nusantara terhenti. PT Liga Indonesia sebagai operator Liga seakan terbelunggu diantara dua kekuatan besa yakni Kemenpora bersama BOPI dan Tim Transisinya serta dengan PSSI sebagai bagian yang selama ini berwenang memberikan rekomendasi/menaungi kompetisi tersebut.
Keangkuhan kedua belah pihak yang saling menunjukkan kekuatan hingga berebut simpati terus berlangsung. kondisi ini semakin membuat publik sepakbola Indonesia semakin gamang akan penyelesaian karut marut sepakbola Indonesia. Kedatangan utusan dari FIFA nampaknya belum bisa dimanfaatkan oleh stake holder untuk membebaskan belenggu sepakbola Indonesia.
Seiring dengan situasi dan kondisi persepakbolaan Indonesia yang tak
kunjung membaik, dimana saat ini kompetisi liga di Indonesia lantaran
persilisihan yang melibatkan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Meskipun begitu banyak elemen
swasta sempat membuat beberapa turnamen untuk mengisi kekosongan
kompetisi.
Sebut saja ada Piala Presiden, Piala Kemerdekaan dan hingga kini
Piala Jenderal Sudirman yang saat ini memasuki fase semifinal. Namun hal
itu dinilai hanya jangka pendek sehingga para pemain tetap membutuhkan
kompetisi seperti Indonesia Super League.
Kementerian pemuda dan olah raga serta Persatuan sepak bola Indonesia,
PSSI diminta segera menyelesaikan konflik di antara mereka dan
melepaskan egoisme masing-masing demi menyelamatkan masalah yang lebih
penting yaitu masa depan sepak bola Indonesia. Daripada mengorbankan masalah yang jauh lebih besar, yaitu masa depan
sepak bola Indonesia, maka harus ada rekonsiliasi dari kedua pihak. Ini
jalan tengah paling memungkinkan.
Kedua pihak, juga harus secara bersama-sama memperkuat
diplomasi internasional terkait pencabutan sanksi Federasi sepak bola
seluruh dunia, FIFA, karena tuduhan campur tangan pemerintah Indonesia
terhadap PSSI. hal tersebut menjadi harga mati sesuai arahan dari FIFA semua stake holder harus terlibat dalam penyelesaian konflik sepakbola Indonesia. kami pemerhati sepakbola Indonesia hanya bisa berharap sikap kenegarawanan dari kedua belah pihak baik Ketua Umum PSSI maupun Menpora untuk dapat menyudahi konflik ini apabila ingin sepakbola Indonesia semakin terpuruk bahkan tidak memungkinkan peringkat FIFA berada pada paling buncit. Namun yang terpenting dan perlu digaris bawahi adalah banyak insan yang mencari hidup dari sepakbola mulai dari Pemain, Pelatih, Perangkat Pertandingan hingga pedagang kecil dan usaha mikro lainya yang berkecimpung dalam kegiatan sepakbola.
Wassalam semoga dibukakan pintu bagi keduanya untuk kembalinya sepakbola Indonesia.